Kami Ada Untuk Melayani Anda Dengan Semangat Cinta Kasih
Kongregasi JMJ mulai dari Sulawesi Selatan sejak 1927 dengan membuka karya pendidikan. Dalam perjalanan waktu, implementasi kebutuhan kedekatan untuk pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin, kecil dan lemah; maka waktu itu MGR. Martens, perfek apostolik makassar berbicara dengan beberapa petinggi Makassar akan perlunya dibangun sebuah rumah sakit.
Berita menggembirakan ini disambut dengan baik oleh para suster JMJ maka setelah ada persetujuan dari pimpinan rumah sakit mulai dibangun meskipun sederhana, namun cukup lengkap serta syarat ruang rawat dalam memenuhi 40 tempat tidur.Pada 2 Agustus 1938, para suster JMJ Komunitas Rajawali cari tanah di antara Strandsweg (Jl. Penghibur), Jl. Datumuseng dan Arendsweg (Jl. Lamadukelleng). tanah itu semula milik De Heer de Munnik. Pada 6 Agustus 1938, pembangunan rumah sakit mulai disiapkan oleh arsitek Fermont Cuypers. Pada 8 Desember 1938, peletakan batu pertama mengawali pembangunan “Kamar Katoliek Ziekenhuis Stella Maris”.Pada tanggal 15 Mei dan 3 Juni 1939, dilaksanakan kegiatan Fancy Fair di lapangan Sekolah Rajawali, sebagai bagian dari usaha mencari dana mebangunan RS. Stella Maris. Pada tanggal 22 September 1939,
Pada tahun ini Balatentara Jepang datang dan kemudian merebut dan merebut rumah sakit ini. Para suster berkebangsaan Belanda diinternir di Kamp Kampili (Bili-Bili), yang berkebangsaan Indonesia dipulangkan ke keluarganya. RS Stella Maris berganti nama menjadi “Makassar Minseibu Bioing”. Pada jaman ini peperangan menyebabkan rumah sakit mengalami masa sukar, obat obatan kurang, persediaan sandang pangan menipis. Keadaan ini mencapai klimaksnya pada awal 1943. Kota Makassar dibom sekutu. mayat-mayat di lorong lorong rumah sakit. kamar mayat mayat. Selama masa pendudukan RS Stella Maris dipimpin oleh dr. Azzuma berkebangsaan jepang.

Meskipun keadaan RS Stella Maris berangsur pulih namun rumah sakit belum dikembalikan kepada pemiliknya yang sah, yakni Suster Suster JMJ. Atas desakan para tokoh umat dan para suster, dr.H.A.P.C Oomen selaku direktur menuliskan surat kepada pemerintah, c.q Departemen kesehatan NIT, agar RS Stella Maris dikembalikan kepada para Suster Societas Jesus-Maria-Josef (JMJ). Untuk mendorong terelisasinya pengembalian ini, dibentuk suatu komisi. Banyak kendala dihadapi dalam pengurusan ini, Mr. Teng Tjin Leng dan Moeder Theopille terus berjuang dengan gigih, akhirnya pemerintah NIT menyetujui pengembalian RS Stella Maris kepada para Suster JMJ.
